http://greponozy.com/1UfE

Keluarga dan Sosialisasi

Keluarga dan Sosialisasi

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI
KELUARGA DAN SOSIALISASI

Oleh
HUSNUL KHATIMAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015


Kata Pengantar
            Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat  dalam diskusi kelompok pada mata kuliah Pengantar Sosiologi dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan semoga makalah ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelompok sebagaimana mestinya.
            Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar ter capainya tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun masalah kelompok.
            Mudah-mudahan makalah ini besar  manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.



Makassar, 27 Februari 2016

                                                                                                                        Penyusun


Daftar Isi
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Keluarga dan Sosialisasi
B.     Bentuk Sosialisasi Dalam Keluarga
C.     Peranan Keluarga Dalam Proses Sosialisasi
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang masalah
Pembahasan mengenai keluarga dan sosialisasi yang mana juga membahas tentang peranan keluarga di dalam lingkungan sosial dan dilakukan dengan mempergunakan sosiologi sebagai sarana pendekatan. Artinya untuk menjelaskan masalah itu akan dipergunakan konsep-konsep dasar yang lazim dipergunakan dalam sosiologi.
Pendekatan secara sosiologi bertitik tolak pada pandangan bahwa manusia pribadi senantiasa mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan sesamanya. Oleh karena itu pendekatan sosiologi bertitik tolak pada proses interaksi sosial yang merupakan hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara pribadi-pribadi, kelompok-kelompok maupun pribadi dengan kelompok.
Dalam masyarakat luas terdapat berbagai lembaga-lembaga (pranata-pranata) seperti lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga agama, dan lembaga lainnya. Dwi dan Bagong (2004:227), keluarga adalah lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau pranata sosialnya berkembang.
Di masyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Dengan demikian, keluarga pun berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama dalam kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih luas. Tentunya proses sosialisasi dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dalam mendukung proses-proses sosial yang akan terjadi pada individu (anggota keluarga) tersebut.
B.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, disini kami merumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Apakah pengertian keluarga
dan Sosialisasi?
2. Bagaimana bentuk sosialisasi dalam keluarga?
3. Bagaimana peranan keluarga dalam proses sosialisasi?
C.      Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga dan Sosialisasi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sosialisasi dalam keluarga
3. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam proses sosialisasi


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Keluarga dan Sosialisasi
      Di dalam pasal 1 UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seoarang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahadia dan sejahtera, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak serta tanggung jawab kedua orang tuanya. Memelihara dan mendidiknya, dengan sebaik-baiknya. Kewajiban kedua orang tua mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri.
Dari definisi tersebut dapat dirumuskan intisari pengertian keluarga, yaitu sebagai berikut:
1.  Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2.  Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,  perkawinan dan / atau adopsi,
3.  Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
4.  Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua.
Jadi Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mana keluarga merupakan wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok social yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan keluarga lah yang pertama-tama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
        Sosialisasi adalah proses pembelajaran seseorang untuk mempelajari pola hidup sesuai nilai, norma dan kebiasaan yang ada dijalankannya dalam masyarakat atau kelompok dimana dia berada. Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory).
B.     Bentuk Sosialisasi Dalam Keluarga
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu pertama, cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua, Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Kedua, cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan  bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan.  
Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
1. Sosialisasi represif (repressive socialization) antara lain:
a. Menghukum perilaku yang keliru,
b. Hukuman dan imbalan material
c. Kepatuhan anak.
2. Sosialisasi partisipasi (participatory socialization) antara lain:
a. Otonomi anak
b. Komunikasi sebagai interaksi
c. Komunikasi verbal.
Keseluruhan sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui pola asuh yaitu suatu pola untuk menjaga,merawat, dan membesarkan anak. Pola ini tentu saja tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yang dilakukan oleh perawat atau baby sitter, seperti yang sering dilakukan oleh kalangan keluarga elit/kaya di kota-kota besar.
Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi, kepribadian dan pola perilaku yang terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa sangat beragam coraknya.
Dalam hal ini beberapa aspek tujuan sosialisasi yang dilaksanakan oleh keluarga untuk masyarakat modern seperti mengajarkan bermacam-macam keterampilan, telah diambil alih oleh lembaga sekolah atau institusi sosial yang lain.
Pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak di mana masing-masing anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi,saling membutuhkan, semua mengembangkan hubungan intensif antar anggota keluarga. Anak membutuhkan pakaian, makanan dan bimbingan dari orang tua dan orang tua membutuhkan rasa kebahagiaan dengan kelahiran anak. Ketika anak tumbuh dewasa maka dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk membantu orang tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak berdaya karena usia yang sudah lanjut.
Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, maka orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya. Dengan lingkungan pergaulan antara orang tua terhadap anak dan anak itu sendiri dengan anggota keluarga yang lain maka sang anak telah dihadapkan pada suatu kehidupan interaktif yang telah membekalinya kemampuan-kemampuan dasar untuk bertahan hidup baik dari segi fisik maupun nonfisiknya.
Sosiologi keluarga tidak berkhayal akan dapat menerangkan secara memuaskan hubungan bio;logis atau kejiwaan antar anggota keluarga. Setiap pendekatan mempunyai kebenarannya sendiri. Pendekatan sosiologis memusatkan diri terhadap keluarga sebagai suatu lembaga social, kualitas interaksi keluarga yang aneh dan khusus secara social. System kekeluargaan mengacu pada sifat-sifat kekuasaan dan kewibawaan, yang sama sekali bukan merupakan kategori biologis. Nilai-nilai yang berhubungan dengan keluarga, atau hak dan kewajiban setiap anggota keluarga, seperti ayah dan anak perempuan, bukanlah kategori psikologis, tetapi kesemuanya itu merupakan cirri khas sosiologi sebagai sebuah cabang ilmu,

C.     Peranan Keluarga Dalam Proses Sosialisasi
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi individu atau seseorang. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah:
a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face secara tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
b. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah cinta kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial orang tuanya. Motivasi kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif daripada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi.
c. Oleh karena hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan untuk:
 1.Selalu dekat dengan anak-anaknya,
2.Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan,
3.Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas dan sebagainya,
4.Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya, dan
5.Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.
  Apabila terjadi suatu kondisi yang berlainan dengan hal di atas, maka anak-anak akan mengalami kekecewaan. kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan-
kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan, hubungan anak dengan orang tua menjadi jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka, dan
2. Orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak sehingga sang anak menjadi tertekan jiwanya.
      Sosialisasi dari orangtua sangatlah penting bagi anak, karena anak masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan. Cara-cara dan sikap-sikap dalam keluarga juga memegang peranan penting dalam perkembangan sosial anak. Jika orangtua selalu bersikap otoriter, maka anak akan berkembang menjadi manusia pasif, tak berinisiatif, dan kurang percaya diri. Sedangkan jika orangtua dalam keluarga bertindak demokratis, maka anak berkembang menjadi tidak takut, penuh dengan inisiatif, memiliki rasa tanggung jawab, dan percaya diri.
Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk tahap siap bertindak ( game stage )tahap siap menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas.
Disamping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim didalam keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi, konsumsi, barang, dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mana keluarga merupakan wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok social yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan keluarga lah yang pertama-tama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Sosialisasi adalah proses pembelajaran seseorang untuk mempelajari pola hidup sesuai nilai, norma dan kebiasaan yang ada dijalankannya dalam masyarakat atau kelompok dimana dia berada
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam bentuk sosialisasi, yaitu pertama, cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua, Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak
B.     Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.


Daftar Pustaka
- Ahmadi Abu,Sosiologi Pendidikan,PT Rineka Cipta, Jakarta,2007.
- Simamora, Sahat. 2000. Sosiologi sebagai suatu pengantar. Jakarta: Bina aksara




EKONOMI

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Keluarga dan Sosialisasi"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.