http://greponozy.com/1UfE

Puisi "buku tamu museum perjuangan"

Puisi "buku tamu museum perjuangan"

Pada tahun keenam
Setelah di kota kami dirikan
Sebuah musium perjuangan
Datanglah seorang lelaki setengah baya
Berkunjung dari luar kota

Bertahun-tahun aku rindu
Untuk berkunjung kemari
Dari tempatku jauh sekali
Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan
Di daerah ini
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan
Dan potret para pahlawan
Mengusap-usap karaben tua
Baby mortir buatan sendiri
Atau menghitung-hitung satyalencana
Dan selalu mempercakapkannya

Alangkah sukarnya bagiku
Dari tempatku kini, yang begitu jauh
Untuk datang seperti saat ini
Dengan Jasad berbasah-basah
Dalam gerimis bulan Nopember
Datang sore inl, menghayati musium yang lengang Sendirt
Menghidupkan diriku kembali
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian
Dan belum terpikir oleh kita masalah kebendaan
Penggelapan dan salahguna pengatas-namaan

Begitulah aku berjalan pelan-pelan
Dalam musium ini yang lengang
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga
Ke sangkutan ikat kepala, sangkur-sangkur berbendera
Maket pertempuran dan penyergapan di jalan
Kuraba mitraliur Jepang dari baja hilam
Jajaran bisu pistol Bulldog, pestol Colt
PENGOEMOEMAN REPOBBLIK yang mulai berdebu
Gambar laskar yang kurus-kurus
Dan kuberi tabik khidmad dan diam
Pada gambar Pak Dirman

Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali
Ke ruangan yang sepi dan dalam
Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran
Di pucuk-pucuk cemara halaman
Tahun demi tahun mengalr pelan-pelan
Di depan tugu dalam musium ini

Demikianlah cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja drill lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke musium perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai, tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku tamu
Buku tahun ke enam, halaman se ratus delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang.


Karya: Taufiq Ismail


bahasa indonesia

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Puisi "buku tamu museum perjuangan""

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.